Senin, 30 April 2018

TINJAUAN FILOSOFIS TENTANG EVALUASI PENDIDIKAN ISLAM


Dalam proses pendidikan Islam, tujuan merupakan sasaran ideal yang hendak dicapai dalam program dan diproses dalam produk kependidikan Islam atau output kependidikan Islam. Dengan memperhatikan kekhususan tugas pendidikan Islam yang meletakkan faktor pengembangan fitrah anak didik, nilai-nilai agama dijadikan landasan kepribadian anak didik yang dibentuk melalui proses tersebut, oleh karena itu idealitas Islam yang telah terbentuk dan menjiwai pribadi anak didik tidak dapat diketahui oleh pendidik tanpa melalui proses evaluasi. Proses evaluasi itu sendiri merupakan hal yang sangat penting dalam pendidikan karena evaluasi menjadi tolok ukur bagaimana pendidikan itu berjalan, apakah sudah sesuai dengan tujuan pendidikan yang telah dirumuskan atau masih perlu diperbaiki dan ditingkatkan lagi.
Pendidikan Islam adalah pendidikan yang didasarkan pada nilai-nilai ajaran Islam sebagaimana yang dijelaskan oleh Abudin Nata bahwa “Pendidikan Islam merupakan pendidikan yang didasarkan pada nilai-nilai ajaran Islam sebagaimana tercantum dalam al-Qur’an dan al-Hadits serta dalam pemikiran para ulama dan dalam praktik sejarah umat Islam.”[1]. Dalam prosesnya, pendidikan Islam menjadikan tujuan sebagai sasaran ideal yang hendak dicapai dalam program dan diproses dalam produk kependidikan Islam atau output kependidikan Islam.
Untuk mengetahui ketercapaian suatu tujuan kegiatan diperlukan evaluasi sebagaimana yang dijelaskan oleh M. Sukardi bahwa “Dengan evaluasi, maka suatu kegiatan dapat diketahui atau ditentukan tarap kemajuannya.”[2]. Berhasil atau tidaknya pendidikan Islam dalam mencapai tujuannya dapat dilihat setelah dilakukan evaluasi terhadap outputyang dihasilkannya. Dengan kata lain penilaian atau evaluasi digunakan sebagai alat untuk menentukan suatu tujuan pendidikan dicapai atau tidak, atau untuk melihat sejauh mana hasil belajar siswa sudah mencapai tujuannya.
Dalam pendidikan Islam evaluasi merupakan salah satu komponen dari sistem pendidikan Islam yang harus dilakukan secara sistematis dan terencana sebagai alat untuk mengukur keberhasilan atau target yang akan dicapai dalam proses pendidikan Islam dan proses pembelajaran.
Evaluasi pendidikan merupakan proses membandingkan situasi dengan kriteria tertentu dalam masalah-masalah pendidikan sebagaimana yang dijelaskan oleh Toto Suaharto bahwa:
Jika kata evaluasi dihubungkan dengan kata pendidikan, maka dapat diartikan sebagai proses membandingkan situasi yang ada dengan kriteria tertentu terhadap masalah-masalah yang berkaitan dengan pendidikan, untuk itu evaluasi pendidikan sebenarnya tidak hanya menilai tentang hasil belajar siswa tersebut, seperti evaluasi terhadap guru, kurikulum, metode, sarana prasarana, lingkungan dan sebagainya.[3]

Evaluasi dalam pendidikan islam merupakan cara atau teknik penilaian terhadap tingkah laku anak didik berdasarkan standar perhitungan yang bersifat komprehensif dari seluruh aspek-aspek kehidupan mental-psikologis dan spiritual-religius, karena manusia bukan saja sosok pribadi yang tidak hanya bersikap religius, melainkan juga berilmu dan berketerampilan yang sanggup beramal dan berbakti kepada Tuhan dan Masyarakat.
Hj. Hanun Asrorah dan Anas Amin Alamsyah menjelaskan bahwa evaluasi mempunyai beberapa fungsi, yaitu:
      Untuk mengetahui tercapai tidaknya tujuan intruksional secara komprehensif yang meliputi aspek pengetahuan, sikap, dan tingkah laku.
      Sebagai umpan balik yang berguna bagi tindakan berikutnya dimana segi-segi yang sudah dapat dicapai lebih ditingkatkan lagi dan segi-segi yang dapat merugikan sebanyak mungkin dihindari.
      Bagi pendidik, evaluasi berguna untuk mengukur keberhasilan proses belajar mengajar, bagi peserta didik berguna untuk mengetahui bahan pelajaran yang diberikan dan dikuasainya, dan bagi masyarakat untuk mengetahui berhasil atau tidaknya program-program yang dilaksanakan.
      Untuk memberikan umpan balik kepada guru sebagai dasar untuk memperbaiki proses belajar mengajar dan mengadakan program remedial bagi murid.
      Untuk menentukan angka kemajuan dan hasil belajar.
      Untuk menempatkan murid dalam situasi belajar mengajar yang tepat.
      Untuk mengenal latar belakang murid mengalami kesulitan-kesulitan belajar.[4]
Prinsip-prinsip evaluasi pendidikan Islam yang harus diperhatikan dalam evaluasi, antara lain:[5]
1)   Prinsip kesinambungan
Evaluasi dilakukan secara sambung menyambung dan dilakukan dari waktu ke waktu, maka akan dapat diperoleh gambaran kemajuan yang terjadi di antara para siswa yang di evaluasi.
2)   Prinsip keseluruhan
Evaluasi hasil belajar harus dapat mencangkup berbagai aspek yang dapat menggambarkan perkembangan tingkah laku yang terjadi pada peserta didik.
3)   Prinsip objektivitas
Objektif dalam arti bahwa evaluasi itu di laksanakan dengan sebaik-baiknya, berdasarkan fakta dan data yang ada tanpa di pengaruhi oleh unsur-unsur subjektifitas dari evaluator.
4)   Valid
Prinsip ini sangatlah penting bagi pelaksanaan evaluasi, karena prinsip memberikan informasi yang benar. Sehingga tidak akan terjadi kesalah pahaman mengenai pendidikan Islam.
5)   Mendidik
Evaluasi dilakukan agar peserta didik belajar dan pendidik juga mengajar dengan lebih baik.
6)   Berorientasi pada kompetensi
Dengan evaluasi, kompetensi dasar peserta didik akan dapat di ketahui. Seberapa jauhkah anak menguasai materi yang telah di ajarkan.
Pendidikan Islam dalam pendekatan filosofis dapat merupakan studi proses tentang kependidikan yang didasari niali- nilai ajaran Islam menurut konsepsi filosofis sebagaimana yang dijelaskan oleh M. Sukardi bahwa:
Berdasarkan pendekatan filosofis, pendidikan Islam dapat diartikan sebagai studi proses tentang kependidikan yang didasari dengan niali- nilai ajaran Islam menurut konsepsi filosofis, bersumberkan kitab suci Al-Quran dan sunnah Nabi Muhammad Saw.[6]

Pendekatan filosofis ini memandang bahwa manusia adalah makhluk rasional atau “homo rasional” sehingga segala sesuatu yang menyangkut pengembangannya didasarkan kepada sejauh mana pengembangan berfikir dapat dikembangkan.
Dalam proses belajar mengajar pendekatan filosofis dapat diaplikasikan ketika guru mengajar. “Contohnya pada pelajaran mengenai proses terjadinya penciptaan alam, atau pada proses penciptaan manusia, dari mana manusisa berasal, bagaimana proses kejadiannya sampai pada terciptanya bentuk manusi. Hal ini terus berlangsung sampai batas maksimal pemikiran manusia (hingga pada zat yang tidak dapat dijangkau oleh pemikiran, yaitu Allah SWT).”
Dalam hal ini, Al-Qur’an benar-benar memberikan motivasi kepada manusia untuk selalu menggunakan pikirannya (rasio) secara tepat guna untuk menemukan hakikatnya selaku hamba Allah SWT, selaku mahkluk social dan selaku khalifah di bumi.
Evaluasi dilakukan adalah dalam rangka mengetahui tingkat keberhasilan pendidik dalam menyampaikan materi pendidikan Islam kepada peserta didik. Kesemua manfaat atau kegunaan tersebut dimaksudkan untuk mengetahui kebaikan dan kelemahan pendidikan Islam dalam berbagai aspeknya dalam rangka peningkatan kualitasnya ke masa depan.
 



[1] Abudin Nata, Manajemen Pendidikan, Mengatasi Kelemahan Pendidikan Islam di Indonesia. Jakarta: Prenada Media Group, 2008, 173.
[2] M. Sukardi, Evaluasi Pendidikan Prinsip dan Operasionalnya. Jakarta: PT Bumi Aksara, 2012, 16.
[3] Toto Suharto, Filsafat Pendidikan Islam. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2014, 84.
[4] Hj. Hanun Asrorah dan Anas Amin Alamsyah, Buku Ajar Pengembangan Kurikulum. Surabaya: Kopertais IV Press, 2012, 305-306.
[5] M. Sukardi, Evaluasi Pendidikan Prinsip ……………………………., 4-5.
[6] M. Sukardi, Evaluasi Pendidikan Prinsip ……………………………., 71.

SUWUK NU Dan GEBYAR 1000 TUMPENG PKPT IPNU IPPNU JAMAN NOW

MELESTARIKAN SUWUK NU Dan GEBYAR 1000 TUMPENG PARA PELAJAR NAHDLATUL ULAMA JAMAN NOW BERSAMA PKPT IPNU-IPPNU IAI PANGERAN DIPONEG...